Senin, 27 Februari 2012

DIARY SI BUNGA 2

Diposting oleh Febby Cahyani di 19.03


“ Berikan senyuman tuk sebuah perpisahan” by : Bondan Prakoso – Kita selamanya.
Yaa, memang  seharusnya seperti itu, tapi tidak dengan aku sekarang .
***
Pagi ini aku bangun pagi – pagi sekali. Seperti biasa, setelah kubuka mataku untuk mengawali hari ini, aku mengucapkan syukur, Tuhan masih memberiku 1hari lagi untuk aku hidup. Aku bergegas menyiapkan semua yang akan kubutuhkan hari ini . Syukurlah, hari ini memang sekolahku diliburkan, setidaknya aku tidak terlalu sibuk mengerjakan tugas – tugas di sekolah, dan bisa beristirahat meskipun hanya sebentar . Itu karena adanya acara yang menurutku cukup megah, acara yang bisa membuat murid – muridnya bisa tertawa lega, atau bahkan bisa banyak tangisan disana sini karena keinginan untuk tidak berpisah dengan orang special mereka. Kusiapkan semua kebutuhanku, termasuk pakaian yang akan kukenakan untuk menghadiri acara nanti. Lebih dari 30 menit aku menyiapkan semuanya, mandi, dan sebagainya . Tanpa basa – basi lagi, secepat mungkin aku berjalan menuju sekolahku. Sepertinya aku telat, semua teman – temanku sudah mengirim beberapa pesan pendek yang mengharuskanku secepatnya datang. Tidak lama, aku sudah sampai sekolah, panggung memang sudah siap, tapi pengisi acara, belum ada yang siap, termasuk aku .
Setelah sekitar satu setengah jam, aku sudah siap naik ke atas panggung untuk ikut mengisi acara hari ini, sebelum naik ke atas panggung, pikiranku tertuju lagi padanya yang sebelumnya aku disibukkan dengan merias diriku sendiri. Di atas panggung pun, mataku kesana kemari mencari sosoknya, sampai berjam – jam pun mataku tidak menemukan bayangan sosoknya. Sampai akhirnya, pembagian ijazahpun dimulai, aku turun, dan pergi kebelakang panggung untuk istirahat sebentar. Waktu istirahat itupun tidak sepenuhnya aku pergunakan untuk istirahat, tapi memikirkannya dan menyusun rencana. Yaa, rencana untuk melihatnya walaupun dari kejauhan. Ketika tiba beberapa saat sebelum namanya dipanggil, aku sudah berdiam diri di belakang panggung, menunggu namanya dipanggil. Aku juga mengajak teman baikku menemaniku disana. Aku berharap, kali ini aku bisa melihatnya dengan jelas karena aku berfikir, kalau tidak hari ini, kapan lagi, karena hari ini hari terakhir dia berada disini. Syukurlah, mataku masih normal, masih bisa melihat dari kejauhan dengan jelas bila dibandingkan dengan teman – temanku yang berkacamata.
Alunan musik yang dimainkan tim paduan suara sangat mendukung suasana kali ini. Lagu – lagu yang menurutku sesuai dengan keadaanku sekarang. Tidak lama kemudian, namanya dipanggil “***** ***** *******” (sensor yaa :D) putra dari bapak “blaa blaa blaa” (sensor jugaa :D).  Wajahnya sumringah sekali, yaa, maklum mungkin karena kepuasan  dan kebahagiaannya yang tak terkira karena keberhasilan atas kerja kerasnya selama ini. Aku turut senang melihat dia seperti itu. Disamping senang, memang ada perasaan sedih karena tidak adanya dia lagi disini. Namanya dipanggil, disertai lagu yang terus mengiringi, air mataku tiba – tiba menetes, tak tahu karena apa. Temanku yang sedari tadi disebelahku memaksa agar aku tidak menangis disini . Aku sendiri tak tahu harus bagaimana, yang jelas, aku tidak boleh menangis disini. Yaa, tempat umum. Aku mencoba menahan tangisku . Syukurlah, aku bisa.
Setelah beberapa lama, pembagian ijazah sudah selesai. Aku kembali naik ke atas panggung setelah beberapa lama beristirahat. Mataku masih kesana kemari mencarinya, tapi, tidak ada. Tak lama, aku dikejutkan oleh sosoknya dari kejauhan, rupanya dia berada di kursi siswa paling belakang, yaa, hanya beberapa detik saja aku memandangnya, dia sudah dihalangi teman – temannya didepannya.
Akhirnya, acara hari ini telah selesai, dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Aku bergegas berganti pakaian dan membersihkan wajahku dari riasan yang sedari tadi pagi menempel di wajahku ini secepat mungkin.  Tak lama kemudian aku kembali pergi ke teman – temanku di belakang panggung.
“Gimana, udah puas a tadi nglihatin si Dia?”Tanya seorang temanku sambil tertawa.
“Yaa, begitulah, kalo masalah puas atau tidak, silahkan ditebak sendiri. Kan hanya beberapa detik tadi.” Jawabku
Sesi foto bersama masih dilanjutkan. Tiba – tiba, aku dikejutkan oleh pertanyaan seorang temanku.
“Hei, nggak nyari si Dia lagi? Cari sana, keburu ilang lo. Kan udah nggak bisa ketemu lagi.” Tanyanya
“Anterin aku ayo, aku males sendirian. Kayak anak ilang nyari sendirian. Lagian kalo sendirian, si Dianya tau gimana hayoo?” tanyaku kembali
“Eh, ya dicari sendiri dong. Berusaha dulu. Enggak bakalan tau, kan jauh liatinnya. Udah sana, liatin dari situ saja, masih kelihatan jelas kok liat dari situ. Udaah, puas – puasin liat sana. Terakhir lo ini.”paksanya sambil menunjuk tempat yang disarankannya.
Tak lama berfikir, aku langsung pergi mencarinya. Yaa, mencarinya untuk hanya melihatnya saja. Cukup lama, aku mencari karena jarak yang cukup jauh dan banyaknya orang disana yang memakai baju yang sama. Jas hitam lengkap dengan celananya. Semuanya terlihat sama. Beberapa saat kemudian, aku berhasil menemukannya. Dengan wajah yang sangat sumringah, dia berfoto ria bersama teman – temannya. Air mataku tiba – tiba menetes sendiri, karena kehadiran seorang cewek yang tiba – tiba menggandeng manja tangannya. Ya Tuhan, siapa dia? Aku menyimpulkan bahwa cewek itu memang pacarnya, tidak mungkin hannya seorang teman. Tidak mungkin seorang teman berperilaku seperti itu kepada temannya sendiri. Aku memutuskan untuk pulang sekarang juga, aku menahan air mataku yang menetes. Berencana untuk menangis di rumah saja, tidak disini. Aku bergegas mengambil tasku dan pamit ke teman – temanku.
“Gimana, udah puas?”Tanya seorang temanku
“Yaa begitulah. Aku pulang dulu yaa.” Jawabku
“Si Dianya gimana?”
“With his girlfriend.” Jawabku dengan nada yang tidak ingin membahasnya lagi dan langsung berpaling pulang.
***
Yaa, ternyata hari perpisahan itu memang terjadi juga.
Setelah hari perpisahan itu, aku hanya bisa terdiam mengingat semuanya.
Seakan tidak percaya dengan kejadian tadi, tapi memang semuanya seperti itu. Percaya ataupun tidak, memang ini takdirnya.
Entah, cewek tadi memang benar – benar pacarnya ataupun bukan. Aku menyimpulkan di amemang pacarnya.
Mengapa aku dipertemukan denganmu ?
Kamu yang bisa membuatku seperti ini.
Cewek pertama yang kukira dekat denganmu, sudah tidak aku pedulikan lagi.
Aku sudah mulai lupa, tapi, semakin tidak bisa lupa dengan kejadian perpisahan kemarin.
Ya Tuhan, mengapa seperti ini?
Aku percaya semua akan indah pada waktunya .
Congratulation !! semoga kamu sukses disana. Doaku menyertaimu :’)
Hmm, mungkin ini memang skenerio dari Tuhan.
Yang memang sudah diatur olehNya. Kita memang boleh berencana, tapi memang yang menentukan semuanya Tuhan.
Terkadang apa yang kita inginkan tidak sama dengan yang diharapkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

febbylogy Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review