“ Berikan senyuman
tuk sebuah perpisahan” by : Bondan Prakoso – Kita selamanya.
Yaa, memang
seharusnya seperti itu, tapi tidak dengan aku sekarang .
***
Pagi ini aku bangun pagi – pagi
sekali. Seperti biasa, setelah kubuka mataku untuk mengawali hari ini, aku
mengucapkan syukur, Tuhan masih memberiku 1hari lagi untuk aku hidup. Aku
bergegas menyiapkan semua yang akan kubutuhkan hari ini . Syukurlah, hari ini
memang sekolahku diliburkan, setidaknya aku tidak terlalu sibuk mengerjakan
tugas – tugas di sekolah, dan bisa beristirahat meskipun hanya sebentar . Itu
karena adanya acara yang menurutku cukup megah, acara yang bisa membuat murid –
muridnya bisa tertawa lega, atau bahkan bisa banyak tangisan disana sini karena
keinginan untuk tidak berpisah dengan orang special mereka. Kusiapkan semua
kebutuhanku, termasuk pakaian yang akan kukenakan untuk menghadiri acara nanti.
Lebih dari 30 menit aku menyiapkan semuanya, mandi, dan sebagainya . Tanpa basa
– basi lagi, secepat mungkin aku berjalan menuju sekolahku. Sepertinya aku
telat, semua teman – temanku sudah mengirim beberapa pesan pendek yang
mengharuskanku secepatnya datang. Tidak lama, aku sudah sampai sekolah,
panggung memang sudah siap, tapi pengisi acara, belum ada yang siap, termasuk
aku .
Setelah sekitar satu setengah jam,
aku sudah siap naik ke atas panggung untuk ikut mengisi acara hari ini, sebelum
naik ke atas panggung, pikiranku tertuju lagi padanya yang sebelumnya aku
disibukkan dengan merias diriku sendiri. Di atas panggung pun, mataku kesana
kemari mencari sosoknya, sampai berjam – jam pun mataku tidak menemukan
bayangan sosoknya. Sampai akhirnya, pembagian ijazahpun dimulai, aku turun, dan
pergi kebelakang panggung untuk istirahat sebentar. Waktu istirahat itupun
tidak sepenuhnya aku pergunakan untuk istirahat, tapi memikirkannya dan
menyusun rencana. Yaa, rencana untuk melihatnya walaupun dari kejauhan. Ketika
tiba beberapa saat sebelum namanya dipanggil, aku sudah berdiam diri di
belakang panggung, menunggu namanya dipanggil. Aku juga mengajak teman baikku
menemaniku disana. Aku berharap, kali ini aku bisa melihatnya dengan jelas
karena aku berfikir, kalau tidak hari ini, kapan lagi, karena hari ini hari
terakhir dia berada disini. Syukurlah, mataku masih normal, masih bisa melihat
dari kejauhan dengan jelas bila dibandingkan dengan teman – temanku yang
berkacamata.
Alunan musik yang dimainkan tim
paduan suara sangat mendukung suasana kali ini. Lagu – lagu yang menurutku
sesuai dengan keadaanku sekarang. Tidak lama kemudian, namanya dipanggil “*****
***** *******” (sensor yaa :D) putra dari bapak “blaa blaa blaa” (sensor jugaa
:D). Wajahnya sumringah sekali, yaa,
maklum mungkin karena kepuasan dan
kebahagiaannya yang tak terkira karena keberhasilan atas kerja kerasnya selama
ini. Aku turut senang melihat dia seperti itu. Disamping senang, memang ada
perasaan sedih karena tidak adanya dia lagi disini. Namanya dipanggil, disertai
lagu yang terus mengiringi, air mataku tiba – tiba menetes, tak tahu karena
apa. Temanku yang sedari tadi disebelahku memaksa agar aku tidak menangis
disini . Aku sendiri tak tahu harus bagaimana, yang jelas, aku tidak boleh
menangis disini. Yaa, tempat umum. Aku mencoba menahan tangisku . Syukurlah,
aku bisa.
Setelah beberapa lama, pembagian
ijazah sudah selesai. Aku kembali naik ke atas panggung setelah beberapa lama
beristirahat. Mataku masih kesana kemari mencarinya, tapi, tidak ada. Tak lama,
aku dikejutkan oleh sosoknya dari kejauhan, rupanya dia berada di kursi siswa
paling belakang, yaa, hanya beberapa detik saja aku memandangnya, dia sudah
dihalangi teman – temannya didepannya.
Akhirnya, acara hari ini telah
selesai, dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Aku bergegas berganti pakaian
dan membersihkan wajahku dari riasan yang sedari tadi pagi menempel di wajahku
ini secepat mungkin. Tak lama kemudian
aku kembali pergi ke teman – temanku di belakang panggung.
“Gimana, udah puas a tadi nglihatin
si Dia?”Tanya seorang temanku sambil tertawa.
“Yaa, begitulah, kalo masalah puas
atau tidak, silahkan ditebak sendiri. Kan hanya beberapa detik tadi.” Jawabku
Sesi foto bersama masih
dilanjutkan. Tiba – tiba, aku dikejutkan oleh pertanyaan seorang temanku.
“Hei, nggak nyari si Dia lagi? Cari
sana, keburu ilang lo. Kan udah nggak bisa ketemu lagi.” Tanyanya
“Anterin aku ayo, aku males
sendirian. Kayak anak ilang nyari sendirian. Lagian kalo sendirian, si Dianya
tau gimana hayoo?” tanyaku kembali
“Eh, ya dicari sendiri dong.
Berusaha dulu. Enggak bakalan tau, kan jauh liatinnya. Udah sana, liatin dari
situ saja, masih kelihatan jelas kok liat dari situ. Udaah, puas – puasin liat
sana. Terakhir lo ini.”paksanya sambil menunjuk tempat yang disarankannya.
Tak lama berfikir, aku langsung
pergi mencarinya. Yaa, mencarinya untuk hanya melihatnya saja. Cukup lama, aku
mencari karena jarak yang cukup jauh dan banyaknya orang disana yang memakai
baju yang sama. Jas hitam lengkap dengan celananya. Semuanya terlihat sama.
Beberapa saat kemudian, aku berhasil menemukannya. Dengan wajah yang sangat
sumringah, dia berfoto ria bersama teman – temannya. Air mataku tiba – tiba
menetes sendiri, karena kehadiran seorang cewek yang tiba – tiba menggandeng
manja tangannya. Ya Tuhan, siapa dia? Aku menyimpulkan bahwa cewek itu memang
pacarnya, tidak mungkin hannya seorang teman. Tidak mungkin seorang teman
berperilaku seperti itu kepada temannya sendiri. Aku memutuskan untuk pulang
sekarang juga, aku menahan air mataku yang menetes. Berencana untuk menangis di
rumah saja, tidak disini. Aku bergegas mengambil tasku dan pamit ke teman –
temanku.
“Gimana, udah puas?”Tanya seorang
temanku
“Yaa begitulah. Aku pulang dulu
yaa.” Jawabku
“Si Dianya gimana?”
“With his girlfriend.” Jawabku
dengan nada yang tidak ingin membahasnya lagi dan langsung berpaling pulang.
***
Yaa, ternyata hari perpisahan itu memang terjadi juga.
Setelah hari perpisahan itu, aku hanya bisa terdiam
mengingat semuanya.
Seakan tidak percaya dengan kejadian tadi, tapi memang
semuanya seperti itu. Percaya ataupun tidak, memang ini takdirnya.
Entah, cewek tadi memang benar – benar pacarnya ataupun
bukan. Aku menyimpulkan di amemang pacarnya.
Mengapa aku dipertemukan denganmu ?
Kamu yang bisa membuatku seperti ini.
Cewek pertama yang kukira dekat denganmu, sudah tidak aku
pedulikan lagi.
Aku sudah mulai lupa, tapi, semakin tidak bisa lupa dengan
kejadian perpisahan kemarin.
Ya Tuhan, mengapa seperti ini?
Aku percaya semua akan indah pada waktunya .
Congratulation !! semoga kamu sukses disana. Doaku
menyertaimu :’)
Hmm, mungkin ini memang skenerio dari Tuhan.
Yang memang sudah diatur olehNya. Kita memang boleh
berencana, tapi memang yang menentukan semuanya Tuhan.
Terkadang apa yang kita inginkan tidak sama dengan yang
diharapkan.
0 komentar:
Posting Komentar